Andai aku seorang analis



Menjadi seorang mahasiswa bukanlah suatu cita-cita, lebih tepatnya suatu tuntutan lingkungan yang mementingkan derajat sosial. Ya.. setidaknya itulah yang ada pada setiap pemikiran orang-orang yang awalnya ingin menuntut ilmu.Tuntutan lingkungan yang mengharuskan orang-orang berpangkat dan mempunyai gelar jika dia ingin ‘dihormati’ setidaknya untuk kalangannya sendiri. Hal tersebut juga yang mungkin mempengaruhi pemikiran saya saat ini. Masih ingat difikiran  saya ketika lulus dari SMA, ketika ditanya oleh ayah saya “ rencanamu meneruskan kuliah kemana nak, jurusan apa yang akan kamu ambil?’ katanya sambil sesekali memperhatikan saya. Pertanyaan yang terus di ulang-ulang oleh keluarga. Mungkin niat mereka agar mereka juga bersiap-siap dengan dana yang akan dikeluarkan untuk membiayai sekolah saya. Dari sinilah mungkin timbul pergulatan pemikiran saya. Terlalu banyak pertimbangan untuk menentukan pilihan. Dilihat dari background keluarga saya yang berlatar belakang pegawai negeri, tak ayal fikiran saya pun tertuju ke sana.meski ayah sangat membebaskan pilihan jalan hidup kepada saya.
Kimia, pelajaran yang abstrak yang mungkin sebagian orang tak menyukainya. Lain hal nya dengan saya. Menurut saya kimia merupakan pelajaran yang menyenangkan, mempelajari hal-hal yang secara kasat mata tidak mungkin ada. Atom, molekul, dan lain-lain. Sesuatu yang baru ditengah membanjirnya lulusan sastra dan agama di keluarga saya. Tak sesederhana yang saya fikirkan.. wow.. ternyata cabang ilmu kimia sangat banyak.. Analis.. sepertinya kata yang tidak asing namun tidak saya kenal juga arti dan peranannya.  Semakin penasaran dan akhirnya saya mencari tau kesana kemari ‘blog, artikel, web’ semuanya saya cari dengan kata kunci analis. Banyak pengertian yang saya dapat selama pencarian. Timbullah ketertarikan terhadap analis mulailah saya berandai-andai dengan semua imajinasi yang ada.
“Analis kimia bisa bekerja di semua laboratorium yang berhubungan dengan since seperti di lab Patologi anatomi, lab patologi klinik,lab forensic, lab mikrobiologi, lab imunologi, lab kimia kesehatan, dll. Baik itu dirumah sakit, laboratorium kesehatan milik pemerintah, lab-lab klinik swasta, BPOM, laboratorium perusahan makanan/minuman, dan instansi-instansi lain yang ada laboratorium kesehatanya”. Mungkin itu sepenggal artikel yang saya baca dari internet yang semakin membuat saya tertarik dengan analis. Banyak mimpi, lebih tepatnya cita-cita yang ingin dicapai jika menjadi analis. Banyak orang yang beranggapan prospek masa depan seorang analis itu cerah ‘ perumpamaan cuaca’. ”Senior yang baru lulus oktober kemaren sebagian dah dapat pekerjaan sudah keterima PNS, kerja di lab klinik atau apotek. Yang belum bukanya susah dapat  lowongan kerja tapi masih pada pengen ikut tes CPNS yang akan diadakan bulan ini”.mungkin itu lebih jelasnya percakapan kedua teman saya yang menggebu-gebu ingin melanjutkan studi menjadi analis.
            Mulai dari itulah saya memantapkan pilihan memilih analis dibidang kimia, banyak cabang yang bisa dipilih. Tetapi analis bidang gizi kesehatan lebih menarik perhatian saya. Banyak hal yang saya ingin lakukan apabila saya menjadi analis bidang gizi tersebut. Disebut-sebut sebagai jurusan masa depan, lulusan ilmu gizi ini bisa bekerja sebagai konsultan gizi, ahli nutrisi, peneliti rumah sakit, ahli gizi rumah sakit, industri-industri pangan dan kesehatan, juga hotel.  Tetapi rasanya menjadi konsultan gizi merupakan hal yang menarik.
            Melihat permasalahan yang ada sekarang di masyarakat, rasanya tergelitik hati saya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Kebanyakan orang sekarang tidak memperhatikan asupan gizi atau nutrisi yang masuk dalam tubuh mereka. Dengan menjamur nya restoran junk food dan fast food, orang-orang lebih memperhatikan rasa dan kecepatan penyajian. Padahal dinilai dari kadar gizi, belum tentu makanan tersebut mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Malahan bisa saja dengan terlalu sering mengkonsumsi makanan tersebut memicu timbulnya penyakit.
            Jika impian menjadi konsultan gizi ini tercapai, perusahaan makanan merupakan tempat atau target saya menyalurkan ilmu. Melihat masyarakat Indonesia yang konsumtif, apalagi terhadap maknan-makanan yang dibuat instant, sehingga mempermudah orang mengefisienkan waktu daripada harus masak berlama-lama di dapur. Kebanyakan makanan instan dibuat mengandalkan cita rasa dan ketahanan kadaluarsanya saja. Sebagai seorang analais gizi, saya akan memperhatikan komposisi bahan dasar yang berkualitas dari bahan makanan tersebut. Selain itu penggunaan bahan kimia diminimalisir. Mengingat konsumen kebanyakan anak kecil. Dalam penentuan bahan dasar, setidaknya harus mengandung nutrisi yang cukup untuk menggantikan energy yang dipergunakan orang untuk bekerja.
            lebih dari itu  setidaknya dalam peningkatan mutu gizi makanan industry yang beredar di masyarakat, ada hal yang bisa disimpulkan bahwa Indonesia itu kaya akan sumber daya nya. Baik hayati atau pun manusia nya. Dengan konsultasi yang dilakukan saya sangat berharap sekali setidaknya gizi masyarakat Indonesia bisa tercukupi walaupun hanya dengan makanan industri (instant). Begitulah cita-cita atau lebih tepatnya ‘jika aku menjadi’ analis kimia di bidang gizi masyarakat khususnya. Mimpi yang sangat ingin diwujudknan. Bisa membantu orang walau pun hanya dengan saran. Selain itu prospek kerja yang cerah.

1 Comments