Sifat Bahan Kimia Beracun
Disusun oleh:
Tiwi Desrina (1110016200001)
Sundaniawati Safitri (1110016200010)
Ahmad Riza Maulana (1110016200020)
Acelya Kencana Puri (1110016200030)
Resty Nurul Farhati (1110016200039)
Leily Damayanti (1110016200047)
Sundaniawati Safitri (1110016200010)
Ahmad Riza Maulana (1110016200020)
Acelya Kencana Puri (1110016200030)
Resty Nurul Farhati (1110016200039)
Leily Damayanti (1110016200047)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
1.
|
Toksikologi
didefinisikan secara sederhana dan ringkas sebagai hakikat dan proses pengaruh
racun dari berbagai bahan terhadap mahkluk hidup dan sistem kualitatif terhadap
berat dan pengaruh racun yang dihubungkan dengan pajanan bahan kimia terhadap
makhluk hidup tersebut. Dan untuk lebih jelasnya bahan kimia disini adalah
bahan kimia yang digunakan, diolah, dan dihaslkan di dalam industri.[1]
Toksikologi
adalah ilmu tentang racun-racun. Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah
sedikit telah berbahaya bagi kesehatan, bahkan dapat mengancam jiwa manusia.
Suatu zat dikatakan beracun atau tidak sangatlah bergantung pada seberapa
banyak bahan atau zat tersebut. Sehingga di dalam toksikologi industri yang
peting adalah menyatakan seberapa banyaknya sebagai gambaran beracun tidaknya
suatu zat atau bahan yang bersangkutan.[2]
Toksisitas dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menimbulkan efek yang membahayakan organisme hidup. Zat yang sangat toksik
dapat merusak suatu organisme walaupun diberikan dalam dosis yang rendah (mis.,
toksin botolinum); zat yang toksisitasnya rendah tidak akan menimbulkan efek
yang menimbulkan efek yang merugikan kecuali jumlahnya yang sangat banyak
(mis., natrium klorida, yang lazin disebut garam). Oleh karena itu toksisitas
tidak dapat disebut tanpa menyinggung kuantitas (dosis) zat kimia ketika
manusia terpapar padanya.
Toksisitas zat dan intensitasnya bias sangat berbeda
dengan sifat kompleks, terutama sifat dari kelompok fungsinya (juga kation dan
anion). Selain itu akan tergantung pada jumlah dosis dan waktu paparan. Namun
ada juga faktor lain yaitu faktor induk yang meliputi spesies dan kuatnya
subjek (hewan) seperti jenis kelamin dan umur.
2.
2
|
Suatu racun dapat
menyebabkan luka pada tempat akibat kontak langsung pada kulit dengan merusak
dan menghancurkan jaringan setelah diserap oleh organisme dalam tubuh.
Penyerapan zat kimia dapat terjadi secara langsung pada paru-paru, kulit,
bagian lambung dan beberapa jaringan lainnya. Sifat alami dan intensitas dari
zat beracun tergantung dari konsentrasi di dalam organ yang dituju. Banyak
racun yang terserap di bagian lambung/usus saat proses pencernaan. Sebagai
contoh, asam lemah larut dalam lemak dan tidak terionisasi di dalam perut. Di
lain sisi, zat ini muncul dalam bentuk ion di plasma dan bergerak. Serupa dengan basa lemah yang
terionisasi cepat di dalam asam lambung di perut dan oleh karena itu tidak
dapat segera terserap di perut.
Zat kimia dapat memasuki tubuh dengan tiga cara baik
memasuki melalui ingesti, inhalasi dan absorpsi di kulit. Ketiganya akan
mengakibatkan efek yang berbeda. Jika pemaparan hanya terbatas di area kontak,
efeknya disebut efek local. Akan tetapi jika zat yang diabsorpsi masuk ke dalam
sirkulasi darah,maka zat itu akan dibawa ke berbagai organ di seluruh tubuh
sehingga menyebabkan efek yang sistemik.
Suatu zat kimia dapat dikatakan
berbahaya jika dia memiliki setidaknya jalur pemaparan. Jalur pemaparan adalah
jalur masuknya zat kimia ke dalam tubuh. jalur pemaparan sendiri ada berbagai
jenis dan tipe pemaparan itu sendiri akan mempengaruhi toksisitas zat kimia.
Ada tiga jalur pemaparan yang pokok, yaitu: penetrasi melalui kulit (absorpsi
dermal), absorpsi melalui paru-paru (inhalasi), dan absorpsi melalui pencernaan
(ingesti).
a. Jalur pemaparan dermal
Suatu
jalan masuk yang penting ialah penyerapan melalui kulit secara utuh. Kontak
antara suatu bahan dengan kulit menghasilkan 4 kemungkinan :
1.)
Kulit dapat
bereaksi sebagai penghalang (pembatas) yang efektif.
2.)
Bahan dapat
bereasi dengan kulit dan menghasilkan kerusakan jaringan.37
3.)
Bahan dapat
menghasilkan sensitisasi kulit
4.)
3
|
Prosesnya dapat merupakan gabungan dari pengendapan bahan di atas
permukaan kulit yang diikuti oleh penyerapan melalui kulit.[3]
Zat kimia dapat diserap melalui kulit dan
menghasilkan efek yang sistemik. Kulit adalah jalur pemaparan yang paling umum
dari suatu zat kimia. Secara umum, kulit merupakan penghalang yang kuat bagi suatu
zat masuk kedalam tubuh. Jika zat kimia tidak dapat menembus kulit,
toksisitasnya tergantung pada derajat absorpsi yang berlangsung. Seperti halnya
bahan yang mengandung baik senyawa polar maupun nonpolar. Semakin besar
absorpsinya, maka semakin besar kemungkinan zat tersebut mengeluarkan efek
toksik. Zat kimia akan lebih banyak
diabsorpsi melalui kulit yang rusak dibandingkan kulit yang utuh. Begitu menembus
kulit, maka zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa ke seluruh
tubuh. bahan tersebut akan masuk ke organ tubuh sesuai dengan aliran darah yang
mendorong terjadinya difusi melalui dinding kapiler dan membrane sel. Kemampuan
suatu zat untuk menembus kulit dipengaruhi sifat kelarutannya dalam lemak (fat
soluble). Zat kimia yang tidak larut dalam lemak akan lebih mudah untuk terbawa
masuk ke dalam tubuh.
Bahan kimia dapat mengikat jaringan atau
organ. Ikatan tersebut dapat terjadi secara akumulasi atau pada konsentrasi
yang tinggi dalam jaringan. Jika ikatan tersebut kuat dan merupakan ikan
kovalen ireversibel maka efeknya akan benar-benar beracun. Akan tetapi beberapa
bahan sebagian besar mengalami ikatan nonkovalen lemah yang reversible. Bahkan dalam ikatan reversible
tersebut ikatan kimia dapat terurai secara bertahap dan mempertahankan bahan
yang tak terikat dalam suatu jaringan.
Iritasi adalah suatu kondisi dimana adanya
efek akibat kontak berkepanjangan dengan suatu zat kimia tertentu. Gejala dari
iritasi adalah setelah waktu pemaparan kulit, maka kulit akan mongering, terasa
nyeri, mengalami pendarahan, dan pecah-pecah. Kondisi ini seringkali
diakibatkan oleh solven asam dengan tingkat korosif yang tinggi, alkali (basa),
detergen dan coolant. Jika kontak dengan bahan tersebut tidak terjadi lagi,
maka kulit akan sembuh seperti sedia kala.
4
|
b. Jalur pemaparan inhalasi
Jalan masuk beberapa racun adalah
melalui inhalasi. Beberapa zat tersebut adalah gas, larutan volatile, dan
masalah tertentu. Tempat penyerapan utama terjadi di alveoli paru-paru. Tempat
ini mempunyai daerah alveolus yang besar dan aliran darah yang cepat, sehingga
mendukung penyerapan. Jalur penyerapan dari beberapa zat berbentuk gas
bagaimana pun tergantung pada kelarutan di dalam darah.
Hampir semua
bahan yang merupakan pencemar udara yang dapat diisap (masuk melalui saluran
pernapasan.Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian ialah saluran pernapasan
bagian atas hidung, tenggorokan, trakea, dan sebagian besar pipa bronchial yang
membawa ke cuping dan paru-paru) dan alveoli dimana dapat terjadi pemindahan
gas-gas dengan menembus dinding sel yang tipis.[4]
Jumlah seluruh senyawa beracun yang diserap melalui saluran
pernapasan tergantung dari kadar udaranya di udara, lamanya waktu pemajanan dan
volume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja lebih
besar. Apabila bahan beracun yang ada dalam bentuk aerosol, maka pengendapan
dan penyerapan dapat terjadi di dalam saluran pernapasan
Paru-paru merupakan sumber pemaparan yang
umum, sama seperti kulit. Namun, paru-paru bukan penghalang yang protektif
terhadap zat berbahaya. Hal ini k debu; maupun sebagai gas atau uap. Sebagian
besar gas polutan karena karakteristik jaringan paru yang sangat tipis,
sehingga memungkinkan zat dapat masuk melalui paru-paru. Selain kerusakan sistemik, zat kimia yang
berhasil masuk lewat paru-paru dapat mencederai jaringan paru-paru dan
mengganggu fungsi vitalnya pada tubuh.
5
|
Pada industry, inhalasi zat kimia dalam
bentuk gas, uap, atau partikel dan absorpsinya melalui paru-paru merupakan
jalur pemaparan yang paling penting.
c. Ingesti
Sesuatu yang ditelan bergerak masuk ke dalam usus besar dan dapat diserap
ke dalam aliran darah dan selanjutnya terjadi keracunan. Misalnya menelan bahan
kimia atau menelan bahan yang telah tercampur dari limbah bahan kimia yang
berbahaya, kebanyakan tenaga kerja tidak sengaja menelan bahan yang sedang mereka tangani atau sebagai
masyarakat awam tidak mengetahui tanda-tanda sebuah bahan telah tercemar bahan
kimia berbahaya dan termakan. Mereka juga dapat menelan bahan kimia bila
pencemar-pencemar udara (debu) yang mengendap di dalam saluran pernapasan
terbawa masuk ke dalam tenggorokan. Pencemar-pencemar tersebut kemudian
tertelan dan terserap, penyerapan bahan secara nyata dapat terjadi melalui
saluran pencernaan[5]
6
|
Beberapa bahan kimia dapat
mengikat plasma protein. Hati, ginjal, jaringan adipose, dan tulang adalah
tempat terjadinya iaktan dan penyimpanan zat bahan kimia. Hati dan ginjal
menyimpan kapasitas yang besar bagi suatu ikatan karena adanya fungsi
metabolism dan fungsi eksresinya. Sementara itu jaringan adipose dapat
menyimpan lipid dalam lemak yang netral.
Reaksi
tubuh terhadap bahan-bahan kimia dapat terjadi baik secara akut ataupun secara
kronis. Kita juga dapat membedakan antara pengidap akut dan pengidap kronis.
1.)
Pengaruh akut
Pengidap
akut dan pengaruh akut umumnya termasuk pengaruh terhadap konsentrasi tinggi
dalam jangka waktu pendek dan segera menghasilkan beberapa akibat (penyakit
iritasi dan kematian).
Pengidap
akut memiliki cirri khusus ialah mendadak dan berat dan digolongkandengan
penyerapan cepat dari bahan-bahan yang menggangu (dapat menimbulkan gangguan).
Sebagai cntoh menghirup karbon monoksida kadar tinggi atau tertelan senyawa
berbahaya dalam jumlah besar dapat menghasilkan keracunan akut dengan sangat
cepat. Waktu kritis, selama si penderita masih hidup tidak dapat ditentukan,
terjadinya secara tiba-tiba. Suatu kecelakaan umumnya termasuk sekali dimana
bahan kimia dengan cepat diserap dan merusak salah satu atau lebih dai
organ-organ vital. Pengaruh suatu bahan kimia berbahaya dianggap akut bila
terlihat dalam waktu yang singkat, seperti dalam beberapa menit atau beberpa
jam dan tidak lama bertahan (pendek umur).
2.)
7
|
Berlawan
dengan pengaruh akut, pengaru kronis atau sakit digolongkan dengan
gejala-gejala atau penyakit yang berlangsung lama atau sering kambuh. Pengaruh
kronis sering berkembang lama. Istilah kronis adalah menunjukan terhadap
pengaruh yang berkelanjutan untu jangka waktu yang lama, umumnya
bertahun-tahun.
Keracunan
kronis berarti bahwasuatu tingkat bahan secara berkelanjutan ada di dalam
jaringan. Keracunan kronis dapat juga dihasilkan oleh pengaruh terhadap suatu
bahan yang berbahaya yang dapat mengakibatkan kerusakan irreversible (tidak
dapat balik), sehingga timbul luka-luka akibat keracunan, penimbunan atau
perkembangannya.
Tanda-tanda
dari keracunan kronis umumnya berbeda dengan yang sering terlihat pada
keracunan akut oleh bahan beracun yang sama, dank arena tingkat/kadar tercemar
rendah, tenaga kerja atau masyarakat sering kali tidak menyadari terhadap apa
yang mereka alami.
Sensitisasi
adalah salah satu contoh yang lain dari bahan yang mempunyai pengaruh kambuh setelah
tenaga kerja/masyarakat sekitar alergi terhadap racun.[6]
3. Detoksifikasi dan bioaktivasi
Tidak semua zat kimia yang diabsorpsi oleh
tubuh dapat menimbulkan efek yang merugikan. Tubuh telah dilengkapi dengan
beberapa mekanisme untuk melindungi diri dari substansi yang berbahaya. Ada
beberapa zat yang dapat langsung dieksresikan oleh tubuh tanpa menimbulkan efek
pada organismenya. Akan tetapi, substansi lipofilik (tidak larut air namun
larut lemak) yang diabsorpsi tubuh lebih sulit untuk dieksresi. Zat tersebut
dapat menjalani proses detoksifikasi dalam hati, disebut sebagai
biotransformasi, untuk mengubah substansi menjadi metabolit. Metabolit yang
dihasilkan serupa dengan substansi asalnya tetapi larut air sehingga lebih
mudah dieksresi. Umumnya metabolit yang dihasilkan kurang toksik bagi manusia
jika dibandingkan dengan substansi asalnya. Namun terkadang metabolit justru
menjadi lebih toksik daripada substansi asalnya.
8
|
Detoksifikasi atau biotransformasi dari suatu
racun terbagi menjadi dua tipe reaksi, yaitu degradasi dan adisi atau reaksi
konjugasi. Reaksi degradasi bersifat lebih umum dan meliputi oksidasi, reduksi
dan hidrolisis. Raksi tersebut menyebabkan terurainya zat racun. Di sisi lain
proses konjugasi menyebabkan bergabungnya zat racun dengan metabolitnya. Semua
reaksi tersebut dikatalisis oleh bermacam-mavam system enzim di dalam tubuh.
Berikut ini adalah contoh dari reaksi
degradasi dan konjugasi dari suatu zat beracun:
a. Oksidasi
Rantai alkil aromatic menjadi alcohol;
misalnya, n-propilbenzena menjadi 3-fenilpropan-1-ol, 3-fenilpropa-2-ol,
3-fenil-ropan-3-ol dan hexane;
Trimetilamina menjadi trimetilamina oksida
b. Epoksidasi
Contohnya, aldrin à dieldrin
Heptaklor à heptaklor epoksida
c. Hidroksilasi
Contoh, aniline à fenilhidroksilamina
Naftalen à 1-, dan 2-naftol
d. Sulfoksidasi
Contoh, meriocarbonà metiocarbonsulfida
e. Dealkilasi
Contoh, parathion à paraoxon
f.
9
|
Contoh, etanol à asetaldehid à asam asetat
g. Reduksi
Contoh, azobenzen à aniline
Nitrobenzene à aniline
Protonsil à sulfanilamin
h. Hidrolisis
Contoh, ester à acids + alcohol
i.
Konjugasi asam glukoronat
Asam glukoronat
|
glukoronida
|
Amina
Asam karboksilat
Senyawa sulfidril
j.
Asetilasi
|
Asetil
derivatif
|
Amina aromatic primer
Hidrazin
Sulfonamide
k. Konjugasi Asam amino
a-asam amino,
contoh glisin, glutamin
|
Asam
amino konjugasi
|
Asam arilarklirik
Asam arilasetat
l.
Konjugasi
sulfat
|
sulfat
|
Alkohol alifatik
Fenol amina aromatik[7]
4. Istilah yang berkaitan dengan
sifat bahan berbahaya
10
|
|
|
|
|
1
|
Cyanosis
|
Terjadi karena kekurangan oxygen dalam darah dengan gejala perubahan
warna kulit (sedikit biru atau ungu). Penyebab toksikologi meliputi : keracunan
karbon monoksida, paru edema, dan gas menyebabkan keadaan sesak nafas
|
|
2
|
Dermatitis
|
Gejala bersisik dan kering ruam pada kulit dengan kimia.
|
|
3
|
Diuretic
|
Sebuah zat yang meningkatkan produksi urin
|
|
4
|
Diuresis
|
Peningkatan sekresi urin
|
|
5
|
DNA
|
asam deoksiribonukleat; membawa informasi
genetik dari sel.
|
|
6
|
Dose
|
Jumlah suatu zat yang diambil oleh atau diberikan
kepada organisme
|
|
7
|
Dyspenea
|
Napas tersengal, sulit bernapas, atau tekanan dalam respirasi yang kadang-kadang hasil dari efek racun bahan kimia
tertentu.Edema : berlebihan jumlah interstisial cairan terakumulasi di bawah
kulit atau lainnya jaringan
tubuh
|
|
8
|
Edema
|
jumlah interstisial cairan berlebihan terakumulasi di bawah kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
|
|
9
|
Emesis
|
Muntah
|
|
10
|
Enchephalophaty
|
kondisi klinis dis-terorganisir
fungsi otak, tanda-tanda dapat bervariasi
dari mengantuk atau kebingungan untuk kejang atau koma
|
|
12
|
Epithelium
|
yang meliputi internal dan eksternal permukaan tubuh
|
|
13
|
Erythema
|
Kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kemacetan
|
|
14
|
Fetotoxcity
|
Efek Berbahaya ditunjukkan oleh janin, karena paparan sikap sub-beracun, yang dapat mengakibatkan kematian, mengurangi berat lahir, atau gangguan pertumbuhan dan
fisiologis disfungsi. |
|
15
|
Gastrointestinal
|
Menyinggung perut atau usus.
|
|
16
|
Glomerular
|
Mengenai cluster atau seberkas, pada pembuluh darah atau serabut
saraf.
|
|
17
|
Hallucinogen
|
Psychedelic agent: Sebuah com-pound yang menghasilkan perubahan dalam persepsi-tion, berpikir, atau
mood tanpa menyebabkan utama gangguan pada sistem saraf (otonom). Contohnya adalah asam lysergic diethylamide (LSD).
|
|
18
|
Hematuria
|
Terlihat dalam darah di urin.
|
|
19
|
Hemoglobinuria
|
Ekskresi hemoglobin dalam urin.
|
|
20
|
Hemolysis
|
Perincian sel darah merah atau eritrosit
dengan rilis hemoglobin ke dalam plasma darah. Ini hasil di hemoglobinuria.
|
|
21
|
Hepatitis
|
Radang hati, sering disertai
dengan penyakit kuning
dan pembesaran hati.
|
|
22
|
Hepatotoxicity
|
Efek toksik pada hati. Bahan kimia yang menyebabkan efek samping seperti pada hati yang dikenal ashepatotoxicants.
|
|
23
|
Hypotensive
|
di mana darah tekanan lebih rendah dari normal, yang disebabkan oleh bahan kimia
tertentu mempengaruhi
kolinergik atau adrenergik fungsi.
|
|
24
|
Hypoxia
|
di mana ada kekurangan yang pasokan oksigen ke jaringan.
|
|
25
|
Irritant
|
Zat yang menyebabkan iritasi lokal di-inflamasi dari
jaringan normal di immedi-makan, kontak
yang lama, atau berulang
|
|
26
|
Lachrymator
|
Sebuah sikap sub-yang
meningkatkan aliran air mata
|
|
27
|
Lacrimation
|
Sekresi dan pembuangan air mata
|
|
28
|
Methemoglobinemia
|
gejala-gejala yang dihasilkan dari kehadiran methe-moglobin (bentuk
teroksidasi mengandung besi ). Methemoglobin tidak bisa mengikat reversibel dengan
hipoksia oksigen.
|
|
29
|
Miosis
|
Kontraksi pupil
|
|
30
|
Mitochondria
|
Organel sel yang
terlibat dalam produksi
energi dalam sel memanfaatkan oksigen.
|
|
31
|
Mutagen
|
mampu menyebabkan Zat diwariskan perubahan dalam tion-informasi
genetik yang tersimpan dalam DNA. Banyak kimia-cals, termasuk imina,
epoksida, akrolein, benzena, sulfur, dan methylsulfonates,
yang mutagen. Mutagen dapat menyebabkan kesuburan gangguan, kematian perinatal, herediter dis-mereda, dan
kanker.
|
|
32
|
Mydrasis
|
Pelebaran ekstrim pada pupil
|
|
33
|
Narcotic
|
Senyawa yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Menyebabkan kecanduan contoh narkotika yang kuat. Narkotika dapat
mempengaruhi sistem
saraf pusat (SSP) dan saluran pencernaan. Efek SSP termasuk analgesia, euforia, sedasi,
res-pernapasan depresi,
dan tindakan antitusif. Penggunaan narkotika secara terus
menerus menyebabkan kecanduan.
|
|
34
|
Necrosis
|
Kematian jaringan, sebagai individu atau kelompok sel atau di daerah lokal.
|
|
35
|
Nephritis
|
Radang ginjal.
|
|
36
|
Neuron
|
Sistem saraf untuk menerima, menyimpan, dan
|
|
37
|
Neurophaty
|
|
|
38
|
Nephrotoxycity
|
Efek racun yang disebabkan oleh berbagai
bahan kimia, gangguan yang menyebabkan dari fungsi nekrosis, ginjal tubulus
proksimal, dan gagal ginjal.
|
|
39
|
Neurotoxycity
|
Efek racun pada sistem saraf cen-netral
atau perifer menyebabkan perilaku
atau kelainan neurologis.
|
|
40
|
Oliguria
|
Sekresi jumlah berkurang urin dalam kaitannya dengan asupan cairan.
|
|
41
|
Ophthalmic
|
Mengenai mata. Dengan
suntikan parenteral
melalui rute selain saluran pencernaan, seperti, sub-kutan, intramuskular,
atau intravena
|
|
42
|
Parenteral
|
.
|
|
43
|
Paresthesia
|
Sebuah sensasi yang abnormal, seperti terbakar atau menusuk-nusuk
|
|
44
|
Photophobia
|
abnormal visual yang intoleransi terhadap
cahaya
|
|
45
|
Phytotoxic
|
beracun untuk tanaman, menghambat pertumbuhan
tanaman
|
|
46
|
Pulmonary
|
Mengenai paru-paru.
|
|
47
|
Pulmonary Edema
|
Kelebihan cairan dalam paru-paru, yang disebabkan oleh iritasi yang melukai paru epitel. Kondisi ini dapat
mempengaruhi pengambilan
oksigen, menyebabkan kematian.
|
|
48
|
Receptor
|
Binding situs yang memiliki tinggi Affin-ity untuk
ligan tertentu. Reseptor antar-bertindak
dengan ligan biologis endogen, memfasilitasi
komunikasi intraseluler. Banyak bahan kimia berinteraksi dengan reseptor, memproduksi berbagai efek toksik
|
|
49
|
Renal
|
Berkaitan dengan ginjal.
|
|
50
|
Routes of Entry
|
|
|
51
|
Tachycardia
|
Denyut jantung cepat berlebihan
|
|
52
|
Target Organ
|
Bagian tubuh: A spesifik organ, seperti mata, paru-paru,
SSP, hati, atau ginjal. Yang kemasukan bahan kimia, dapat mempengaruhi organ atau menyebabkan cedera. Misalnya, etanol, ketika dicerna mempengaruhi otak dan hati.
|
|
53
|
Teratogens
|
Yang
menyebabkan Embry-onic kematian atau kelahiran
anak dengan fisik, mental, atau perkembangan cacat.
|
|
54
|
Tinnitus
|
Dering, berdengung, klik, atau menderu kebisingan di telinga.
|
|
55
|
Toxic Effect
|
Efek toksik sub-sikap
mungkin akut, kronis, sistemik, atau toxicityis local.Acute diwujudkan dari dosis tunggal atau satu kali paparan dalam dalam waktu singkat, biasanya dari beberapa menit toksisitas days.Chronic beberapa Hasil dari beberapa eksposur kecil konsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, biasanya lebih dari satu shift kerja 8-jam. Cer-tain zat menyebabkan
penyakit setelah beberapa Efek
years.Systemic adalah efek toksik dari suatu
bahan kimia pada satu area dalam
tubuh,
kimia telah memasuki tubuh di titik lain. Ketika suatu zat mempengaruhi jaringan pada titik kontak atau di
|
56
|
Asidosis
|
Kondisi asidosis dimana pH
darah bersifat asam, di bawah kisaran normal. Toksisitas bahan kimia tertentu disebabkan oleh
generasi suatu metabolit asam atau
retensi karbon dioksida.
|
|
57
|
Albinuria
|
Adanya albumin serum dalam urin.
|
|
58
|
Alkalosis
|
Kondisi dimana pH darah
bersifat basa pH > 7,8
disebabkan oleh gangguan asam - basa keseimbangan.
|
|
59
|
Anemia
|
Kondisi di mana tingkat hemoglobin
dalam darah di bawah normal.
|
|
60
|
Anestetis
|
Zat yang menyebabkan pusing, mengantuk, dan sakit kepala yang mengarah ke
kehilangan kesadaran dan hilangnya respon terhadap nyeri. |
|
61
|
Anorexia
|
Berkurangnya atau hilangnya nafsu makan untuk makanan.
|
|
62
|
Anoxia
|
Pengurangan oksigen dalam jaringan tubuh di bawah tingkat fisiologis.
|
|
63
|
Anti-koagulan
|
Zat yang mencegah terjadinya
pembekuan darah.
|
|
64
|
Antidot
|
Zat yang diberikan untuk
membalikkan efek keracunan
dari racun.
|
|
65
|
Aplasia
|
Kurangnya perkembangan organ atau
jaringan.
|
|
66
|
Aritmia
|
Variasi dari irama
normal detak jantung
|
|
67
|
Asphyxiant
|
Zat yang menggantikan oksigen atau mengurangi jumlah oksigen di udara atau membatasi darah mengangkut oksigen dari cukup untuk organ-organ
vital tubuh.
|
|
68
|
Axon
|
Bertanggung jawab untuk transmisi impuls dalam bentuk natrium dan pergeseran ion kalium dari satu neuron yang lain.
|
|
69
|
Bradikardia
|
Lambatnya denyut jantung (memperlambat
denyut nadi sampai <60).
|
|
70
|
Bronchoconstriction
|
Penyempitan saluran udara dari paru-paru.
|
|
71
|
Chloracne
|
Jerawat-seperti letusan yang disebabkan oleh paparan senyawa klorin.
|
|
72
|
Sirosis
|
Penyakit hati kronis yang disebabkan oleh keracunan
etanol kronis. Hepatoxicants
lainnya juga dapat menyebabkan sirosis.
|
|
73
|
Konjuktivitis
|
Radang selaput pada kelopak mata.
|
|
74
|
Korosif
|
Zat yang
menyebabkan membakar kimia
lokal dan perusakan jaringan
pada kontak. para zat kimia bereaksi
dengan jaringan pada titik kontak
|
Daftar Pustaka
Soeripto
M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
UI
Patnaik
Pradyot. 2007. A
Comprehensive Guide to The Hazardouz Properties of Chemical Substance. Canada: John Willey and Sons, Inc
Widyastuti, Palupi. 2000. Bahaya Bahan
Kimia Bagi Kesehatan dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
[1] Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas kedokteran UI. Hal 35
[2] Ibid, hal. 35
[3] Soeripto
M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran
UI. Hal 38
[4] Soeripto
M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran
UI. Hal 37
[5] Soeripto
M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran
UI. Hal 38
[6] Soeripto
M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran
UI. Hal 39-41
[7] Pradyot
Patnaik. 2007. A Comprehensive Guide to The
Hazardouz Properties of Chemical Substance. Canada: John Willey and Sons, Inc. hal 19
0 Comments