Sifat Bahan Kimia Beracun



Sifat Bahan Kimia Beracun

Disusun oleh:
Tiwi Desrina (1110016200001)
  Sundaniawati Safitri (1110016200010)
  Ahmad Riza Maulana (1110016200020)
Acelya Kencana Puri (1110016200030)
Resty Nurul Farhati (1110016200039)
Leily Damayanti (1110016200047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
1.       

Karakter bahan berbahaya
Toksikologi didefinisikan secara sederhana dan ringkas sebagai hakikat dan proses pengaruh racun dari berbagai bahan terhadap mahkluk hidup dan sistem kualitatif terhadap berat dan pengaruh racun yang dihubungkan dengan pajanan bahan kimia terhadap makhluk hidup tersebut. Dan untuk lebih jelasnya bahan kimia disini adalah bahan kimia yang digunakan, diolah, dan dihaslkan di dalam industri.[1]
Toksikologi adalah ilmu tentang racun-racun. Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah sedikit telah berbahaya bagi kesehatan, bahkan dapat mengancam jiwa manusia. Suatu zat dikatakan beracun atau tidak sangatlah bergantung pada seberapa banyak bahan atau zat tersebut. Sehingga di dalam toksikologi industri yang peting adalah menyatakan seberapa banyaknya sebagai gambaran beracun tidaknya suatu zat atau bahan yang bersangkutan.[2]

Toksisitas dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk menimbulkan efek yang membahayakan organisme hidup. Zat yang sangat toksik dapat merusak suatu organisme walaupun diberikan dalam dosis yang rendah (mis., toksin botolinum); zat yang toksisitasnya rendah tidak akan menimbulkan efek yang menimbulkan efek yang merugikan kecuali jumlahnya yang sangat banyak (mis., natrium klorida, yang lazin disebut garam). Oleh karena itu toksisitas tidak dapat disebut tanpa menyinggung kuantitas (dosis) zat kimia ketika manusia terpapar padanya.
Toksisitas zat dan intensitasnya bias sangat berbeda dengan sifat kompleks, terutama sifat dari kelompok fungsinya (juga kation dan anion). Selain itu akan tergantung pada jumlah dosis dan waktu paparan. Namun ada juga faktor lain yaitu faktor induk yang meliputi spesies dan kuatnya subjek (hewan) seperti jenis kelamin dan umur.

2.       
2
Cara zat kimia masuk ke dalam tubuh
Suatu  racun dapat menyebabkan luka pada tempat akibat kontak langsung pada kulit dengan merusak dan menghancurkan jaringan setelah diserap oleh organisme dalam tubuh. Penyerapan zat kimia dapat terjadi secara langsung pada paru-paru, kulit, bagian lambung dan beberapa jaringan lainnya. Sifat alami dan intensitas dari zat beracun tergantung dari konsentrasi di dalam organ yang dituju. Banyak racun yang terserap di bagian lambung/usus saat proses pencernaan. Sebagai contoh, asam lemah larut dalam lemak dan tidak terionisasi di dalam perut. Di lain sisi, zat ini muncul dalam bentuk ion di plasma  dan bergerak. Serupa dengan basa lemah yang terionisasi cepat di dalam asam lambung di perut dan oleh karena itu tidak dapat segera terserap di perut.
Zat kimia dapat memasuki tubuh dengan tiga cara baik memasuki melalui ingesti, inhalasi dan absorpsi di kulit. Ketiganya akan mengakibatkan efek yang berbeda. Jika pemaparan hanya terbatas di area kontak, efeknya disebut efek local. Akan tetapi jika zat yang diabsorpsi masuk ke dalam sirkulasi darah,maka zat itu akan dibawa ke berbagai organ di seluruh tubuh sehingga menyebabkan efek yang sistemik.
Suatu zat kimia dapat dikatakan berbahaya jika dia memiliki setidaknya jalur pemaparan. Jalur pemaparan adalah jalur masuknya zat kimia ke dalam tubuh. jalur pemaparan sendiri ada berbagai jenis dan tipe pemaparan itu sendiri akan mempengaruhi toksisitas zat kimia. Ada tiga jalur pemaparan yang pokok, yaitu: penetrasi melalui kulit (absorpsi dermal), absorpsi melalui paru-paru (inhalasi), dan absorpsi melalui pencernaan (ingesti).

a.     Jalur pemaparan dermal
Suatu jalan masuk yang penting ialah penyerapan melalui kulit secara utuh. Kontak antara suatu bahan dengan kulit menghasilkan 4 kemungkinan :
1.) Kulit dapat bereaksi sebagai penghalang (pembatas) yang efektif.
2.) Bahan dapat bereasi dengan kulit dan menghasilkan kerusakan jaringan.37
3.) Bahan dapat menghasilkan sensitisasi kulit
4.)
3
Bahan dapat menembus ke dalam pembuluh darah yang berada di bawah kulit dan masuk ke dalam aliran darah.
Prosesnya dapat merupakan gabungan dari pengendapan bahan di atas permukaan kulit yang diikuti oleh penyerapan melalui kulit.[3]
Zat kimia dapat diserap melalui kulit dan menghasilkan efek yang sistemik. Kulit adalah jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat kimia. Secara umum, kulit merupakan penghalang yang kuat bagi suatu zat masuk kedalam tubuh. Jika zat kimia tidak dapat menembus kulit, toksisitasnya tergantung pada derajat absorpsi yang berlangsung. Seperti halnya bahan yang mengandung baik senyawa polar maupun nonpolar. Semakin besar absorpsinya, maka semakin besar kemungkinan zat tersebut mengeluarkan efek toksik.  Zat kimia akan lebih banyak diabsorpsi melalui kulit yang rusak dibandingkan kulit yang utuh. Begitu menembus kulit, maka zat tersebut akan memasuki aliran darah dan terbawa ke seluruh tubuh. bahan tersebut akan masuk ke organ tubuh sesuai dengan aliran darah yang mendorong terjadinya difusi melalui dinding kapiler dan membrane sel. Kemampuan suatu zat untuk menembus kulit dipengaruhi sifat kelarutannya dalam lemak (fat soluble). Zat kimia yang tidak larut dalam lemak akan lebih mudah untuk terbawa masuk ke dalam tubuh.
Bahan kimia dapat mengikat jaringan atau organ. Ikatan tersebut dapat terjadi secara akumulasi atau pada konsentrasi yang tinggi dalam jaringan. Jika ikatan tersebut kuat dan merupakan ikan kovalen ireversibel maka efeknya akan benar-benar beracun. Akan tetapi beberapa bahan sebagian besar mengalami ikatan nonkovalen lemah yang  reversible. Bahkan dalam ikatan reversible tersebut ikatan kimia dapat terurai secara bertahap dan mempertahankan bahan yang tak terikat dalam suatu jaringan.
Iritasi adalah suatu kondisi dimana adanya efek akibat kontak berkepanjangan dengan suatu zat kimia tertentu. Gejala dari iritasi adalah setelah waktu pemaparan kulit, maka kulit akan mongering, terasa nyeri, mengalami pendarahan, dan pecah-pecah. Kondisi ini seringkali diakibatkan oleh solven asam dengan tingkat korosif yang tinggi, alkali (basa), detergen dan coolant. Jika kontak dengan bahan tersebut tidak terjadi lagi, maka kulit akan sembuh seperti sedia kala.
4
Dermatitias kontak alergik merupakan satu tipe tunda penyakit kulit akibat sensitivitas. Gejalanya antara lain kulit ruam, bengkak, gatal-gatal, dan melepuh. Gejala tersebut akan lenyap jika kontak dengan bahan berbahaya dihentikan.

b.    Jalur pemaparan inhalasi
Jalan masuk beberapa racun adalah melalui inhalasi. Beberapa zat tersebut adalah gas, larutan volatile, dan masalah tertentu. Tempat penyerapan utama terjadi di alveoli paru-paru. Tempat ini mempunyai daerah alveolus yang besar dan aliran darah yang cepat, sehingga mendukung penyerapan. Jalur penyerapan dari beberapa zat berbentuk gas bagaimana pun tergantung pada kelarutan di dalam darah.
Hampir semua bahan yang merupakan pencemar udara yang dapat diisap (masuk melalui saluran pernapasan.Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian ialah saluran pernapasan bagian atas hidung, tenggorokan, trakea, dan sebagian besar pipa bronchial yang membawa ke cuping dan paru-paru) dan alveoli dimana dapat terjadi pemindahan gas-gas dengan menembus dinding sel yang tipis.[4]
Jumlah seluruh senyawa beracun yang diserap melalui saluran pernapasan tergantung dari kadar udaranya di udara, lamanya waktu pemajanan dan volume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja lebih besar. Apabila bahan beracun yang ada dalam bentuk aerosol, maka pengendapan dan penyerapan dapat terjadi di dalam saluran pernapasan
Paru-paru merupakan sumber pemaparan yang umum, sama seperti kulit. Namun, paru-paru bukan penghalang yang protektif terhadap zat berbahaya. Hal ini k debu; maupun sebagai gas atau uap. Sebagian besar gas polutan karena karakteristik jaringan paru yang sangat tipis, sehingga memungkinkan zat dapat masuk melalui paru-paru.  Selain kerusakan sistemik, zat kimia yang berhasil masuk lewat paru-paru dapat mencederai jaringan paru-paru dan mengganggu fungsi vitalnya pada tubuh.
5
Jika tidak dapat terbawa dalam udara (airborne) suatu zat kimia tidak dapat memasuki paru-paru sehingga tidak menjadi toksik karena jalur inhalasi. Zat kimia dapat menjadi bawaan udara karena dua cara, baik sebagai partikel yang sangat halus, misalnya debu maupun sebagai gas atau uap. Polutan yang banyak dijumpai sebagian besar misalnya berupa sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, ozon, SPM, dan timbal dapat langsung mempengaruhi system pernapasan (paru-paru) dan system kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Nitrogen dan ozon juga dapat mempengaruhi system pernapasan. Pemaparannya yang akut dapat mengakibatkan peradangan dan penurunan fungsi paru. Karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin dan mampu menggantikan tempat oksigen di dalam darah, yang kemudian menimbulkan kerusakan pada jantung dan system saraf. Timbal dapat merusak sintesis hemoglobin dalam sel darah merah, merusak system hati dan ginjal, serta menyebabkan kerusakan saraf.
Pada industry, inhalasi zat kimia dalam bentuk gas, uap, atau partikel dan absorpsinya melalui paru-paru merupakan jalur  pemaparan yang paling penting.
c.       Ingesti
Sesuatu yang ditelan bergerak masuk ke dalam usus besar dan dapat diserap ke dalam aliran darah dan selanjutnya terjadi keracunan. Misalnya menelan bahan kimia atau menelan bahan yang telah tercampur dari limbah bahan kimia yang berbahaya, kebanyakan tenaga kerja tidak sengaja menelan  bahan yang sedang mereka tangani atau sebagai masyarakat awam tidak mengetahui tanda-tanda sebuah bahan telah tercemar bahan kimia berbahaya dan termakan. Mereka juga dapat menelan bahan kimia bila pencemar-pencemar udara (debu) yang mengendap di dalam saluran pernapasan terbawa masuk ke dalam tenggorokan. Pencemar-pencemar tersebut kemudian tertelan dan terserap, penyerapan bahan secara nyata dapat terjadi melalui saluran pencernaan[5]
6
Ingesti merupakan jalur utama masuknya senyawa yang terkandung dalam makanan dan minuman. Zat kimia yang ditelan masuk ke dalam tubuh melalui absorpsi di saluran gastrointestinal. Jika tidak diabsorpsi, zat kimia itu tidak dapat menimbulkan kerusakan sistemik. Absorpi zat kimia dapat berlangsung sepanjang saluran pencernaan, dari mulut sampai rectum, tetapi lokasi utama absorpsi adalah usus halus karena fungsi fisiologisnya dalam mengabsorpsi gizi.
Beberapa bahan kimia dapat mengikat plasma protein. Hati, ginjal, jaringan adipose, dan tulang adalah tempat terjadinya iaktan dan penyimpanan zat bahan kimia. Hati dan ginjal menyimpan kapasitas yang besar bagi suatu ikatan karena adanya fungsi metabolism dan fungsi eksresinya. Sementara itu jaringan adipose dapat menyimpan lipid dalam lemak yang netral.

Reaksi tubuh terhadap bahan-bahan kimia dapat terjadi baik secara akut ataupun secara kronis. Kita juga dapat membedakan antara pengidap akut dan pengidap kronis.
1.)      Pengaruh akut
Pengidap akut dan pengaruh akut umumnya termasuk pengaruh terhadap konsentrasi tinggi dalam jangka waktu pendek dan segera menghasilkan beberapa akibat (penyakit iritasi dan kematian).
Pengidap akut memiliki cirri khusus ialah mendadak dan berat dan digolongkandengan penyerapan cepat dari bahan-bahan yang menggangu (dapat menimbulkan gangguan). Sebagai cntoh menghirup karbon monoksida kadar tinggi atau tertelan senyawa berbahaya dalam jumlah besar dapat menghasilkan keracunan akut dengan sangat cepat. Waktu kritis, selama si penderita masih hidup tidak dapat ditentukan, terjadinya secara tiba-tiba. Suatu kecelakaan umumnya termasuk sekali dimana bahan kimia dengan cepat diserap dan merusak salah satu atau lebih dai organ-organ vital. Pengaruh suatu bahan kimia berbahaya dianggap akut bila terlihat dalam waktu yang singkat, seperti dalam beberapa menit atau beberpa jam dan tidak lama bertahan (pendek umur).
2.)   
7
Pengaruh kronis
Berlawan dengan pengaruh akut, pengaru kronis atau sakit digolongkan dengan gejala-gejala atau penyakit yang berlangsung lama atau sering kambuh. Pengaruh kronis sering berkembang lama. Istilah kronis adalah menunjukan terhadap pengaruh yang berkelanjutan untu jangka waktu yang lama, umumnya bertahun-tahun.
Keracunan kronis berarti bahwasuatu tingkat bahan secara berkelanjutan ada di dalam jaringan. Keracunan kronis dapat juga dihasilkan oleh pengaruh terhadap suatu bahan yang berbahaya yang dapat mengakibatkan kerusakan irreversible (tidak dapat balik), sehingga timbul luka-luka akibat keracunan, penimbunan atau perkembangannya.
Tanda-tanda dari keracunan kronis umumnya berbeda dengan yang sering terlihat pada keracunan akut oleh bahan beracun yang sama, dank arena tingkat/kadar tercemar rendah, tenaga kerja atau masyarakat sering kali tidak menyadari terhadap apa yang mereka alami.
Sensitisasi adalah salah satu contoh yang lain dari bahan yang mempunyai pengaruh kambuh setelah tenaga kerja/masyarakat sekitar alergi terhadap racun.[6]


3.      Detoksifikasi dan bioaktivasi
Tidak semua zat kimia yang diabsorpsi oleh tubuh dapat menimbulkan efek yang merugikan. Tubuh telah dilengkapi dengan beberapa mekanisme untuk melindungi diri dari substansi yang berbahaya. Ada beberapa zat yang dapat langsung dieksresikan oleh tubuh tanpa menimbulkan efek pada organismenya. Akan tetapi, substansi lipofilik (tidak larut air namun larut lemak) yang diabsorpsi tubuh lebih sulit untuk dieksresi. Zat tersebut dapat menjalani proses detoksifikasi dalam hati, disebut sebagai biotransformasi, untuk mengubah substansi menjadi metabolit. Metabolit yang dihasilkan serupa dengan substansi asalnya tetapi larut air sehingga lebih mudah dieksresi. Umumnya metabolit yang dihasilkan kurang toksik bagi manusia jika dibandingkan dengan substansi asalnya. Namun terkadang metabolit justru menjadi lebih toksik daripada substansi asalnya.
8
Bahan kimia terserap ke dalam berbagai bagian tubuh dan akan mengalami transformasi. Proses ini disebut juga biotransformasi. Terjadi pada organ dan jaringan terutama dalam hati. Lokasi lain bagi terjadinya proses tersebut adalah paru-paru, lambung, usus, ginjal dan kulit. Proses detoksifikasi melibatkan perubahan zat beracun dan metabolismenya, dimana sifat racunnya lebih tidak beracun dibandingkan senyawa induknya.
Detoksifikasi atau biotransformasi dari suatu racun terbagi menjadi dua tipe reaksi, yaitu degradasi dan adisi atau reaksi konjugasi. Reaksi degradasi bersifat lebih umum dan meliputi oksidasi, reduksi dan hidrolisis. Raksi tersebut menyebabkan terurainya zat racun. Di sisi lain proses konjugasi menyebabkan bergabungnya zat racun dengan metabolitnya. Semua reaksi tersebut dikatalisis oleh bermacam-mavam system enzim di dalam tubuh.
Berikut ini adalah contoh dari reaksi degradasi dan konjugasi dari suatu zat beracun:
a.       Oksidasi
Rantai alkil aromatic menjadi alcohol; misalnya, n-propilbenzena menjadi 3-fenilpropan-1-ol, 3-fenilpropa-2-ol, 3-fenil-ropan-3-ol dan hexane;
Trimetilamina menjadi trimetilamina oksida
b.      Epoksidasi
Contohnya, aldrin à dieldrin
Heptaklor à heptaklor epoksida
c.       Hidroksilasi
Contoh, aniline à fenilhidroksilamina
Naftalen à 1-, dan 2-naftol
d.      Sulfoksidasi
Contoh, meriocarbonà metiocarbonsulfida
e.       Dealkilasi
Contoh, parathion à paraoxon
f.      
9
Dehidrogenasi
Contoh, etanol à asetaldehid à asam asetat
g.      Reduksi
Contoh, azobenzen à aniline
Nitrobenzene à aniline
Protonsil à sulfanilamin
h.      Hidrolisis
Contoh, ester à acids + alcohol
i.        Konjugasi asam glukoronat
Asam glukoronat
Alifatik alcohol
glukoronida
Aromatic alcohol
Amina
Asam karboksilat
Senyawa sulfidril
j.       
Asetilasi
Konjugasi asetil
Asetil derivatif
Amina alfatik primer
Amina aromatic primer
Hidrazin
Sulfonamide
k.      Konjugasi Asam amino
a-asam amino, contoh glisin, glutamin
Contoh :
Asam amino konjugasi
Asam karboksilat aromatic
Asam arilarklirik
Asam arilasetat
l.       
Konjugasi sulfat
sulfat
Konjugasi sulfat
Alkohol alifatik
Fenol amina aromatik[7]
4.      Istilah yang berkaitan dengan sifat bahan berbahaya
10
Berikut ini adalah istilah umum yang berkaitan dengan sifat kimia bahan berbahaya, yang dirangkum dari buku A Comprehensive Guide to The Hazardouz Properties of Chemical Substances.



1
Cyanosis
Terjadi karena kekurangan oxygen dalam  darah dengan gejala perubahan warna kulit (sedikit biru atau ungu). Penyebab toksikologi meliputi : keracunan karbon monoksida, paru edema, dan gas menyebabkan keadaan sesak nafas
2
Dermatitis
Gejala bersisik dan kering ruam pada kulit dengan kimia.
3
Diuretic
Sebuah zat yang meningkatkan produksi urin
4
Diuresis
Peningkatan sekresi urin
5
DNA
asam deoksiribonukleat; membawa informasi genetik dari sel.
6
Dose
Jumlah suatu zat yang diambil oleh atau diberikan kepada organisme
7
Dyspenea
Napas tersengal, sulit bernapas, atau tekanan dalam respirasi yang kadang-kadang hasil dari efek racun bahan kimia tertentu.Edema : berlebihan jumlah interstisial cairan terakumulasi di bawah kulit atau lainnya jaringan tubuh
8
Edema
jumlah interstisial cairan berlebihan terakumulasi di bawah kulit atau  jaringan tubuh lainnya.
9
Emesis
Muntah
10
Enchephalophaty
kondisi klinis dis-terorganisir fungsi otak, tanda-tanda dapat bervariasi dari mengantuk atau kebingungan untuk kejang atau koma
12
Epithelium
yang meliputi internal dan eksternal permukaan tubuh
13
Erythema
Kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kemacetan
11
kapiler.
14
Fetotoxcity
Efek Berbahaya ditunjukkan oleh janin, karena paparan sikap sub-beracun, yang dapat mengakibatkan kematian, mengurangi berat lahir, atau gangguan pertumbuhan dan
fisiologis disfungsi.
15
Gastrointestinal
Menyinggung perut atau usus.
16
Glomerular
Mengenai cluster atau seberkas, pada pembuluh darah atau serabut saraf.
17
Hallucinogen
Psychedelic agent: Sebuah com-pound yang menghasilkan perubahan dalam persepsi-tion, berpikir, atau mood tanpa menyebabkan utama gangguan pada sistem saraf (otonom). Contohnya adalah asam lysergic diethylamide (LSD).
18
Hematuria
Terlihat dalam  darah di urin.
19
Hemoglobinuria
Ekskresi hemoglobin dalam urin.
20
Hemolysis
Perincian sel darah merah atau eritrosit dengan rilis hemoglobin ke dalam plasma darah. Ini hasil di hemoglobinuria.
21
Hepatitis
Radang hati, sering disertai dengan penyakit kuning dan pembesaran hati.
22
Hepatotoxicity
Efek toksik pada hati. Bahan kimia yang menyebabkan efek samping seperti pada hati yang dikenal ashepatotoxicants.
23
Hypotensive
di mana darah tekanan lebih rendah dari normal, yang disebabkan oleh bahan kimia tertentu mempengaruhi kolinergik atau adrenergik fungsi.
24
Hypoxia
di mana ada kekurangan yang pasokan oksigen ke jaringan.
25
Irritant
Zat yang menyebabkan iritasi lokal di-inflamasi dari jaringan normal di immedi-makan, kontak yang lama, atau berulang
26
Lachrymator
Sebuah sikap sub-yang meningkatkan aliran air mata
27
Lacrimation
Sekresi dan pembuangan air mata
28
Methemoglobinemia
gejala-gejala yang dihasilkan dari kehadiran methe-moglobin (bentuk teroksidasi mengandung besi ). Methemoglobin tidak bisa mengikat reversibel dengan hipoksia oksigen.
29
Miosis
Kontraksi pupil
30
Mitochondria
Organel sel  yang terlibat dalam produksi energi dalam sel memanfaatkan oksigen.
31
Mutagen
mampu menyebabkan Zat diwariskan perubahan dalam tion-informasi genetik yang tersimpan dalam DNA. Banyak kimia-cals, termasuk imina, epoksida, akrolein, benzena, sulfur, dan methylsulfonates, yang mutagen. Mutagen dapat menyebabkan kesuburan gangguan, kematian perinatal, herediter dis-mereda, dan kanker.
32
Mydrasis
Pelebaran ekstrim pada pupil
33
Narcotic
Senyawa yang menyebabkan hilangnya kesadaran. Menyebabkan kecanduan  contoh narkotika yang kuat. Narkotika dapat mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dan saluran pencernaan. Efek SSP termasuk analgesia, euforia, sedasi, res-pernapasan depresi, dan tindakan antitusif. Penggunaan narkotika  secara terus menerus menyebabkan kecanduan.
34
Necrosis
Kematian jaringan, sebagai individu atau kelompok sel atau di daerah lokal.
35
Nephritis
Radang ginjal.
36
Neuron
Sistem saraf untuk menerima, menyimpan, dan
13
transmisi informasi.
37
Neurophaty

Gangguan Fungsional dan / atau  perubahan patologis dalam sistem ner-vous perifer
38
Nephrotoxycity
Efek racun yang disebabkan oleh berbagai bahan kimia, gangguan yang menyebabkan dari fungsi nekrosis, ginjal tubulus proksimal, dan gagal ginjal.
39
Neurotoxycity
Efek racun pada sistem saraf cen-netral atau perifer menyebabkan perilaku atau kelainan neurologis.
40
Oliguria
Sekresi jumlah berkurang urin dalam kaitannya dengan asupan cairan.
41
Ophthalmic
Mengenai mata. Dengan suntikan parenteral melalui rute selain saluran pencernaan, seperti, sub-kutan, intramuskular, atau intravena
42
Parenteral
.
43
Paresthesia
Sebuah sensasi yang abnormal, seperti terbakar atau menusuk-nusuk
44
Photophobia
abnormal visual yang intoleransi terhadap cahaya
45
Phytotoxic
beracun untuk tanaman, menghambat pertumbuhan tanaman
46
Pulmonary
Mengenai paru-paru.
47
Pulmonary Edema
Kelebihan cairan dalam paru-paru, yang disebabkan oleh iritasi yang melukai paru epitel.  Kondisi ini dapat mempengaruhi pengambilan oksigen, menyebabkan kematian.
48
Receptor
Binding situs yang memiliki tinggi Affin-ity untuk ligan tertentu. Reseptor antar-bertindak dengan ligan biologis endogen, memfasilitasi komunikasi intraseluler. Banyak bahan kimia berinteraksi dengan reseptor, memproduksi berbagai efek toksik
49
Renal
Berkaitan dengan ginjal.
50
Routes of Entry
14
Ada beberapa rute dimana bahan kimia yang dapat masuk tubuh. Tiga rute utama adalah inhalasi atau pernapasan, konsumsi melalui makan, minum, atau merokok, dan menyerap-tion melalui kulit. Selain itu, sebuah kimia dapat diberikan ke tubuh melalui rute lain - intraperitoneal, intravena, intramuskular lavage, lambung, ginjal, dan mata, seperti yang dilakukan pada hewan penelitian
51
Tachycardia
Denyut jantung cepat berlebihan
52
Target Organ
Bagian tubuh: A spesifik organ, seperti mata, paru-paru, SSP, hati, atau ginjal. Yang  kemasukan bahan kimia, dapat  mempengaruhi organ atau menyebabkan cedera. Misalnya, etanol, ketika dicerna mempengaruhi otak dan hati.
53
Teratogens
Yang menyebabkan Embry-onic kematian atau kelahiran anak dengan fisik, mental, atau perkembangan cacat.
54
Tinnitus
Dering, berdengung, klik, atau menderu kebisingan di telinga.
55
Toxic Effect
Efek toksik sub-sikap mungkin akut, kronis, sistemik, atau toxicityis local.Acute diwujudkan dari dosis tunggal atau satu kali paparan dalam dalam waktu singkat, biasanya dari beberapa menit toksisitas days.Chronic beberapa Hasil dari beberapa eksposur kecil konsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, biasanya lebih dari satu shift kerja 8-jam. Cer-tain zat menyebabkan penyakit setelah beberapa Efek years.Systemic adalah efek toksik dari suatu bahan kimia pada satu area dalam tubuh,
kimia telah memasuki tubuh di titik lain. Ketika suatu zat mempengaruhi
jaringan pada titik kontak atau di
15
mana memasuki, itu disebut sebagai efek local.

56
Asidosis

Kondisi asidosis dimana pH darah bersifat asam, di bawah kisaran normal. Toksisitas bahan kimia tertentu disebabkan oleh generasi suatu metabolit asam atau retensi karbon dioksida.
57
Albinuria

Adanya albumin serum dalam urin.

58
Alkalosis

Kondisi dimana pH darah bersifat basa pH > 7,8 disebabkan oleh gangguan asam - basa keseimbangan.

59
Anemia

Kondisi di mana tingkat hemoglobin dalam darah di bawah normal.

60
Anestetis

Zat yang menyebabkan pusing, mengantuk, dan sakit kepala yang mengarah ke
kehilangan kesadaran dan hilangnya respon terhadap nyeri.

61
Anorexia

Berkurangnya atau hilangnya nafsu makan untuk makanan.        
62
Anoxia

Pengurangan oksigen dalam jaringan tubuh di bawah tingkat fisiologis.
                                                              
63
Anti-koagulan

Zat yang mencegah terjadinya pembekuan darah.

64
Antidot

Zat yang diberikan untuk membalikkan efek keracunan dari racun.
16
65
Aplasia

Kurangnya perkembangan organ atau jaringan.
66
Aritmia

Variasi dari irama normal detak jantung
67
Asphyxiant

Zat yang menggantikan oksigen atau mengurangi jumlah oksigen di udara atau membatasi darah mengangkut oksigen dari cukup untuk organ-organ vital tubuh.

68
Axon

Bertanggung jawab untuk transmisi impuls dalam bentuk natrium dan pergeseran ion kalium dari satu neuron yang lain.
69
Bradikardia

Lambatnya denyut jantung (memperlambat denyut nadi sampai <60).

70
Bronchoconstriction
Penyempitan saluran udara dari paru-paru.

71
Chloracne

Jerawat-seperti letusan yang disebabkan oleh paparan senyawa klorin.

72
Sirosis

Penyakit hati kronis yang disebabkan oleh keracunan etanol kronis. Hepatoxicants lainnya juga dapat menyebabkan sirosis.

73
Konjuktivitis

Radang selaput pada kelopak mata.

74
Korosif

Zat yang menyebabkan membakar kimia lokal dan perusakan jaringan pada kontak. para zat kimia bereaksi dengan jaringan pada titik kontak































Daftar Pustaka

Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI

Patnaik Pradyot. 2007. A Comprehensive Guide to The Hazardouz Properties of Chemical Substance. Canada: John Willey and Sons, Inc

Widyastuti, Palupi. 2000. Bahaya Bahan Kimia Bagi Kesehatan dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.









[1] Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran UI. Hal 35
[2] Ibid, hal. 35
[3] Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran UI. Hal 38
[4] Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran UI. Hal 37
[5] Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran UI. Hal 38
[6] Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas kedokteran UI. Hal 39-41
[7] Pradyot Patnaik. 2007. A Comprehensive Guide to The Hazardouz Properties of Chemical Substance. Canada: John Willey and Sons, Inc. hal 19

0 Comments