makalah biokimia

Pemanfaatan Sel Punca Progenitor Endothelial
(Endothelial Progenitor Cells)
Sebagai Biomarker
Risiko Penyakit Kardiovaskular


  Disusun oleh:
  Kelompok 11
Sundaniawati Safitri                                     (1110016200010)
Erika Ristiyani                                             (1110016200017)
Mardiana                                                     (1110016200032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012



A.       Latar Belakang
Data WHO menunjukkan bahwa dari total kematian global, 30% di antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, 80% dari Jumlah itu terjadi di negara miskin dan berkembang, termasuk Indonesia. Tiga penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian terbesar di antaranya penyakit jantung koroner, stroke, dan hipertensi. Keberadaan suatu biomarker yang dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular sangat diperlukan untuk pencegahan awal maupun lanjutan. Hasil studi menunjukkan bahwa EPC, yang merupakan faktor penting untuk perbaikan pembuluh vaskular saat terjadi kerusakan, ternyata memiliki asosiasi positif terhadap beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular. Studi dilakukan dengan menguji kemampuan EPC untuk membentuk koloni (EPC-CFU) sebagai refleksi atas kemampuannya untuk regenerasi dan mengembalikan fungsi angiogenik. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa jumlah koloni EPC-CFU memiliki korelasi terhadap Framingham Risk Score dan mungkin digunakan untuk memprediksi penyakit kardiovaskular.

Kerusakan sel-sel endotelial akan mengganggu fungsi pembuluh darah. Gangguan fungsi pembuluh darah merupakan awal penyakit kardiovaskular. Beberapa penyakit kardiovaskular yang dapat timbul akibat gangguan fungsi pembuluh darah, yaitu infark miokard, critical limb ischemia, stroke, gagal ginjal, aterosklerosis, dan penyakit degeneratif lainnya. Faktor-faktor penyebab gangguan kardiovaskular di antaranya inflamasi, konsumsi obat-obatan yang berlebihan, konsumsi alkohol, tekanan darah tinggi, kolesterol, trauma, dan pola diet yang tidak sehat. Dari sekitar 300 risiko penyakit kardiovaskular, tiga penyebab utama penyakit kardiovaskular adalah tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, dan tingginya kadar kolesterol darah. Selain faktor kesehatan, faktor penyebab lain meliputi rendahnya status sosial-ekonomi, kesehatan mental, stres, penggunaan obatobat terapi kehamilan, pertambahan umur (risiko penyakit kardiovaskular meningkat dua kali lipat sesudah umur 55 tahun), gender dengan tingkat risiko pada pria lebih tinggi, faktor keturunan, dan etnik. Riset terbaru menunjukkan faktor-faktor baru yang ternyata juga menyebabkan gangguan kardiovaskular, yaitu
tingginya kadar homosistein dalam darah, inflamasi yang parah, abnormalitas pembekuan darah. Selain faktor-faktor tersebut ada studi yang menyimpulkan terdapat korelasi antara infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (TB) dengan penyakit kardiovaskular karena indicator penyakit kardiovaskular seperti level C-Reactive Protein (CRP), interleukin-6, dan homosistein juga meningkat pada penyakit TB. Selain faktor fisik, faktor psikologis yang turut menyebabkan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular ialah stres dan depresi. Stres dan depresi memiliki pengaruh terhadap
gangguan irama jantung, tingginya tekanan darah, dan gangguan pembekuan darah. Jika tidak diatasi segera, stres dan depresi akan mengakibatkan penyakit kardiovaskular menyerang lebih cepat dan, pada pengidap penyakit kardiovaskular, dapat memperparah penyakit.

B.       Landasan Teori
kardiovaskular berawal di jantung, sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60 – 100 kali permenit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.  Fungsi sistem kardiovaskular adalah untuk memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan serta organ tubuh yang diperlukan untuk proses metabolisme. Normalnya setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah yang cukup serta penuh dengan nutrisi yang adekuat. Sistem kardiovaskular memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespon seluruh aktivitas tubuh, salah satunya adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan terpenuhi. Pada keadaan berat maka aliran darah tersebut lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berguna untuk memelihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.[1]
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transport tertutup yang terdiri atas beberapa komponen berikut ini.
1.       Jantung: sebagai organ pemompa darah
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulng iga, sedikit ke sebelah kiri sternum yang berdinding trnum.
2.       Komponen darah: sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi
Otot jantung, pembuluh darah, sistem konduksi, suplai darah, dan mekanisme  saraf jantung harus bekerja sempurna agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, dan akan bekerja sama dalam bentuk denyutan, tekanan dan isi pompa darah untuk menyuplai aliran ke seluruh jaringan sesuai kebutuhan yang diperlukan tubuh.
3.       Pembuluh darah: sebagai media atau jalan komponen darah.
Komponen ini terdiri dari atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena dengan masing-masing perbedaan struktur yang berhubungan langsung dengan ukuran dan dinding pembuluh darah.
Fungsi sistem kardiovaskular adalah sebagai berikut:
1.       Transport oksigen, nutrisi, hormon, dan sisa hasil buangan
2.       Transportasi dan distribusi panas tubuh
3.       Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Penyakit kardiovaskular merupakan suatu istilah untuk gangguan yang menyebabkan penyakit jantung (kardio) dan pembuluh darah vascular. Ada tiga bentuk penyakit kardiovaskular, yakni penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit vascular periver.
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pembuluh darah yang mensuplai jantung. Implikasinya meliputi infark miokard (serangan jantung), angina (nyeri dada), dan aritmia (irama jantung abnormal).
Penyakit serebrovaskular adalah penyakit pembuluh darah yang mensuplai otak. Implikasinya meliputi stroke (kerusakan sel otak karena kurangnya suplai darah) dan transient ischaemic attack (kerusakan sementara pada penglihatan, kemampuan berbicara, rasa atau gerakan).
Penyakit vaskular perifer adalah penyakit pembuluh darah yang mensuplai tangan dan kaki yang berakibat rasa sakit yang sebentar datang dan pergi, serta rasa sakit karena kram otot kaki saat olahraga.
C.      Kesimpulan
Keberadaan suatu biomarker yang dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular sangat diperlukan untuk pencegahan awal maupun lanjutan. EPC adalah populasi sel yang memiliki kemampuan untuk membentuk pembuluh darah baru pada orang dewasa. Tingkat frekuensi EPC yang beredar dalam pembuluh darah dapat dipakai sebagai biomarker untuk melihat fungsi vaskular sekaligus menentukan risiko penyakit kardiovaskular.
Sbagian kecil sel dari populasi sel berinti tunggal pada peredaran darah perifer manusia yang berpotensi berdiferensiasi menjadi sel endotel. Diketahui bahwa sel tersebut mempunyai molekul penanda (marker) CD34 merupakan sel punca yang berperan sebagai salah satu molekul penanda. Selanjutnya, populasi sel ini dinamai endothelial progenitor cells (EPC).
Sel ini bersifat unipoten, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi sel endotel matang.EPC berperan penting dalam pembentukan pembuluh darah dan remodeling sel endotelial yang rusak.
EPC didefinisikan sebagai sel berinti tunggal (mononuclearcell, MNC) yang memiliki molekul penanda sel induk hematopoietik  yaitu :
1.       CD34, suatu glikoprotein yang memediasi pelekatan sel indukpada matriks ekstraseluler sumsum tulang
2.       CD133, suatu glikoprotein yang dilaporkan merupakan molekul penanda untuk sel induk yang lebih primitif dibandingkan CD34,
EPC juga dilaporkan memiliki molekul penanda sel endotelial, yaitu KDR (kinase insert domain receptor), suatu protein yang berperan menstimulasi proliferasi, perkembangan pembuluh darah baru (sprouting), dan angiogenesis.
Beberapa molekul penanda lain yang dimiliki EPC adalah :
1.       CD31 (platelet endothelialcell adhesion molecule-1), untuk pelekatan selendotel dan berperan dalam proses migrasileukosit melalui jaringan interseluler sel-sel endotel;
2.        CD146 (P1H12) berperan memediasi pelekatan antar sel endotel
3.       von Willebrand factor (vWF), berperan dalam proses koagulasi darah;
4.       Tie-2 untuk pematangan jaringan sel endotel selama vaskulogenesis atau angiogenesis; dan
5.       endothelial nitric oxide synthase
EPC akan menjalankan perannya dalam memelihara integritas pembuluh darah dan memperbaiki sel-sel endotel yang rusak. Karena itu, penurunan jumlah EPC disinyalir akan mengakibatkan terjadinya aterosklerosis dan gangguan angiogenesis yang lebih lanjut akan mengakibatkan penyakit kardiovaskular .
Berdasarkan hipotesis bahwa kerusakan sel endotelial merepresentasikan kinerja EPC dan tingkat keparahan penyakit kardiovaskular, pada subjek yang dikategorikan memiliki risiko penyakit kardiovaskular tinggi, jumlah EPC yang dimiliki lebih sedikit dan subjek lebih cepat mengalami kematian dibandingkan dengan subjek dengan risiko penyakit kardiovaskular rendah. Umur dan jenis kelamin tidak mempengaruhi jumlah EPC-CFU .Selain itu juga ditetapkan standar jumlah EPC-CFU yang dikategorikan sehat untuk tiap jenis kelamin. Faulkes juga menyusun standardisasi metode pengukuran jumlah EPC-CFU dari darah dan sumsum tulang mulai dari mengkultur, karakterisasi EPC, dan penentuan jumlah EPC-CFU.
Darah perifer dari subjek atau pasien diambil lalu diisolasi bagian buffy coat-nya (bagian yang berisi sel darah putih, monosit, makrofag, limfosit) lalu dibagi dua, sebagian dikarakterisasi dengan Flowcytometry Automated Cell Sorter (FACS) dan sebagian lagi dikultur di cawan khusus, sel yang tidak melekat pada cawan diangkat dan dikumpulkan (sebagian dicirikan kembali dengan FACS). Sel-sel yang tidak melekat tersebut dikultur kembali pada cawan khusus. Selanjutnya, dilakukan penghitungan koloni EPC-CFU dan dicocokkan hasilnya dengan tabel. Simpulan sementara ialah jumlah EPC-CFU normal untuk pria usia 23-54 tahun berkisar 21±18 koloni se-dangkan untuk wanita berkisar 20±17 koloni.



DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan  Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Wulandari, Endah, dkk. 2010. Integrasi Biokimia dalam Modul Kedokteran. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Surjadi, Camy Febrero. 2012. Pemanfaatan Sel Punca Endothelial (Endothelial Progenitor Cells) sebagai Biomarker Risiko Penyakit Kardiovaskular. (http://www.kalbemed.com , di akses 6 November 2012)






 

0 Comments